Kamis, 04 April 2013


PERKEMBANGAN JIWA KEAGAMAAN
PADA ANAK DAN REMAJA


A.    Teori Tentang Sumber kejiwaan Agama
Hampir seluruh ahli ilmu jiwa sependapat, bahwa sesungguhnya apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan manusia itu bukan hanya terbatas pada kebutuhan makan, minum, pakaian ataupun kenikmatan-kenikmatan lainnya. Berdasarkan hasil riset dan observasi, mereka mengambil kesimpulan bahwa pada diri manusia terdapat semacam keinginan dan kebutuhan yang bersifat universal. Keinginan akan kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan kodrati, berupa keinginan untuk mencinta dan dicintai Tuhan.
Pertanyaan yang timbul adalah: apakah yang menjadi sumber pokok yang mendasarkan timbulnya keinginan untuk mengabdikan diri kepada Tuhan? Atau dengan kata lain “apakah yang menjadi sumber kejiwaan agama itu?”. Untuk memberikan jawaban itu telah timbul beberapa teori antara lain:

1.      Teori Monistik (Mono = Satu)
Teori monistik berpendapat, bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah satu sumber kejiwaan. Selanjutnya, sumber tunggal manakah yang dimaksud paling dominan sebagai sumber kejiwaan itu? timbul beberapa pendapat yang dikemukakan oleh:
a.       Thomas van Aquino
Sesuai dengan masanya, Thomas Aquino mengemukakan bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama itu, ialah berpikir.
b.      Fredrick Hegel
Hampir sama dengan pendapat yang dikemukakan oleh Thomas Aquino, maka filosof Jerman ini berpendapat, agama adalah suatu pengetahuan yang sungguh-sungguh benar dan tempat kebenaran abadi.
c.       Fredrick Schleimacher
Berlainan dengan pendapat kedua ahli di atas, maka F. Schleimacher berpendapat bahwa yang menjadi sumber keagamaan itu adalah rasa ketergantungan yang mutlak (sense of depend).
d.      Rudolf Otto
Menurut pendapat tokoh ini, sumber kejiwaan agama adalah rasa kagum yang berasal dari the wholly other (yang sama sekali lain).
e.       Sigmund Freud
Pendapat S. Freud, unsur kejiwaan yang menjadi sumber kejiwaan agama ialah libido sexuil (naluri seksual).
f.       William Mac Dougall
Ia berpendapat, sumber kejiwaan agama merupakan kumpulan dari beberapa insting.


2.      Teori Fakulti (Faculty Theory)
Teori ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu tidak bersumber pada suatu faktor yang tunggal tetapi terdiri atas tiga fungsi, antara lain:
a.       Cipta (Reason)
Berperanan untuk menentukan benar atau tidaknya ajaran suatu agama berdasarkan pertimbangan intelek seseorang.
b.      Rasa (Emotion)
Menimbulkan sikap batin yang seimbang dan positif dalam menghayati kebenaran ajaran agama.
c.       Karsa (Will)
Menimbulkan amalan-amalan atau doktrin keagamaan yang benar dan logis.

3.      Beberapa Pemuka Teori Fakulti
a.       G.M. Straton
G.M. Straton mengemukakan teori “konflik”. Ia mengatakan, bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah adanya konflik dalam kejiwaan manusia. Konflik kejiwaan yang mendasar, yaitu: Life-urge dan Death-urge.
b.      Zakiah Daradjat
Dr. Zakiah Daradjat berpendapat, bahwa pada diri manusia itu terdapat kebutuhan pokok. Beliau mengemukakan, selain dari kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani, manusia pun mempunyai suatu kebutuhan akan adanya kebutuhan akan keseimbangan dalam kehidupan jiwanya agar tidak mengalami tekanan.
Unsur-unsur kebutuhan yang dikemukakan yaitu:
v  Kebutuhan akan rasa kasih sayang
v  Kebutuhan akan rasa aman
v  Kebutuhan akan rasa harga diri
v  Kebutuhan akan rasa bebas
v  Kebutuhan akan rasa sukses
v  Kebutuahan akan rasa ingin tahu (mengenal).
c.       W.H. Thomas
Melalui teori The Four Wishes-nya ia mengemukakan, bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah empat macam keinginan dasar yang ada dalam jiwa manusia, yaitu:
v  Keinginan untuk keselamatan (security)
v  Keinginan untuk mendapat penghargaan (recognation)
v  Keinginan untuk ditanggapi (response)
v  Keinginan untuk pengetahuan atau pengalaman baru (new experience).

B.     Timbulnya Jiwa Keagamaan pada Anak
Sesuai dengan prinsip pertumbuhannya, seorang anak menjadi dewasa memerlukan bimbingan sesuai dengan prinsip yang dimilikinya, yaitu:
1.      Prinsip biologis.
2.      Prinsip tanpa daya.
3.      Prinsip eksplorasi.

Oleh karena itu, timbul pertanyaan.
a.       Darimanakah timbulnya agama pada diri anak itu?
b.      Bagaimanakah bentuk dan sifat agama yang ada pada anak-anak itu?
Timbulnya Agama Pada Anak
1.      Rasa Ketergantungan  (Sense of Depend)
Teori ini dikemukakan oleh Thomas melalui teori Four Wishes. Menurutnya, manusia dilahirkan ke dunia ini memiliki empat keinginan. Berdasarkan kenyataan dan kerja sama dari keempat keinginan itu, maka sejak bayi dilahirkan hidup dalam ketergantungan, melalui pengalaman-pengalaman yang diterimanya dari lingkungan itu kemudian terbentuklah rasa keagamaan pada diri anak.
2.      Insting Keagamaan
Menurut Woodworth, bayi yang dilahirkan sudah memiliki beberapa insting diantaranya insting keagamaan. Belum terlihatnya tindak keagamaan pada diri anak karena beberapa fungsi kejiwaan yang menopang kematangan berfungsinya insting itu belum sempurna.

C.    Perkembangan Agama pada Anak-anak
Menurut penelitian Ernest Harms perkembangan agama anak-anak itu melalui beberapa fase (tingkatan). Dalam bukunya The Development of Religious on Children,  ia mengatakan bahwa perkembangan agama pada anak-anak itu melalui tiga tingkatan, yaitu:
1.      The Fairy Tale Stage (Tingkat Dongeng).  
2.      The Realistic Stage (Tingkat Kenyataan).
3.      The Individual Stage (Tingkat Individu).

D.    Sifat-sifat Agama pada Anak-anak
Memahami konsep keagamaan pada anak-anak berarti memahami sifat agama pada anak-anak. Sesuai dengan ciri yang mereka miliki, maka sifat agama pada anak-anak tumbuh mengikuti pola ideas concept on outbority. Ide keagamaan pada anak hampir sepenuhnya autoritarius, maksudnya konsep keagamaan pada diri mereka dipengaruhi oleh faktor dari luar diri mereka.

Berdasarkan hal itu, maka bentuk dan sifat agama pada diri anak dapat dibagi atas:
1.      Unreflective (tidak mendalam)
2.      Egosentris
3.      Anthromorphis
4.      Verbalis dan Ritualis
5.      Imitatif
6.      Rasa Heran dan kagum.


E.     Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Remaja

Perkembangan Rasa Agama
Dalam pembagian tahap perkembangan manusia, maka masa remaja menduduki tahap progresif. Dalam pembagian yang agak terurai masa remaja mencakup masa juvenilitas (adolescantium), pubertas dan nubilitas.
Perkembangan agama pada masa remaja ditandai oleh beberapa faktor perkembangan rohani dan jasmaninya. Perkembangan itu antara lain menurut W. Starbuck adalah:
a.       Pertumbuhan Pikiran dan Mental
b.      Per       kembangan Perasaan
c.       Pertimbangan sosial
d.      Perkembangan Moral
e.       Sikap dan Minat
f.       Ibadah.

F.     Konflik dan Keraguan
Dari analisis hasil penelitiannya W. Starbuck menemukan penyebab timbulnya keraguan itu antara lain adalah faktor:
1.      Kepribadian, yang menyangkut salah tafsir dan jenis kelamin.
2.      Kesalahan Organisasi Keagamaan  dan Pemuka Agama.
3.      Pernyataan Kebutuhan Manusia.
4.      Kebiasaan.
5.      Pendidikan.
6.      Percampuran antara Agama dan Mistik.

Keragu-raguan yang demikian akan menjurus ke arah munculnya konflik dalam diri para remaja, sehingga mereka dihadapkan kepada pemilihan antara mana yang baik dan yang buruk, serta antara yang benar dan yang salah.
Konflik ada beberapa macam diantaranya:
1.      Konflik yang terjadi antara percaya dan ragu.
2.      Konflik yang terjadi antara pemilihan satu di antara dua macam agama atau ide keagamaan serta lembaga keagamaan.
3.      Konflik yang terjadi oleh pemilihan antara ketaatan beragama atau sekularisme.
4.      Konflik yang terjadi antara melepaskan kebiasaan masa lalu dengan kehidupan keagamaan yang didasarkan atas petunjuk Ilahi.
    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar