Jumat, 26 April 2013

Wanita adalah Mutiara


Woman was made from the rib of man, She was not created from his head to top him, Not from his feet to be stepped upon, She was made from his side to be close to him, From beneath his arm to be protected by him, Near his heart to be loved by him.
Bagaimana perasaan seorang pria jika dikelilingi banyak wanita? Jika pertanyaan itu disodorkan kepada saya, maka ungkapan “bangga” nampaknya cukup mewakili perasaan saya. Saya senang setiap hari dikelilingi wanita cantik, shalihah pula. Dan tentu pada saat itu saya semakin merasa menjadi ‘pangeran’. Ups, jangan curiga dulu, karena wanita-wanita cantik nan shalihah yang saya maksud adalah istri dan dua anak saya yang keduanya ‘kebetulan’ wanita. Insya Allah.
Tidak hanya itu, sebelum saya menikah, saya juga lebih banyak disentuh oleh wanita, yakni ibu karena semenjak usia enam tahun saya memilih untuk ikut ibu saat ia bercerai dengan ayah. Sebuah naluri kedekatan anak terhadap ibunya yang tidak sekedar karena telah menghisap ratusan liter air susu ibunya, melainkan juga ikatan bathin yang tak bisa terpisahkan dari kehangatan yang senantiasa diberikan seorang ibu terhadap anaknya.
Karena itulah, dalam hidup saya tidak ingin berbuat sesuatu yang sekiranya dapat mengecewakan dan melukai seorang wanita. Namun sikap yang tepat dan bijak harus diberikan seorang pria mengingat wanita itu terbuat dari tulang rusuk yang bengkok, yang apabila terdapat kesalahan padanya, pria harus berhati-hati meluruskannya. Terlalu keras akan mematahkannya, dibiarkan juga salah karena akan tetap pada kebengkokannya. Meski demikian, tidak sedikit pria harus membiarkan wanita kecewa demi meluruskan kesalahan itu, toh setiap pria yang melakukan itu pun sangat yakin bahwa kekecewaan itu hanya sesaat kerena selanjutnya akan berbuah manis.
Wanita itu ibarat bunga, yang jika kasar dalam memperlakukannya akan merusak keindahannya, menodai kesempurnaannya sehingga menjadikannya layu tak berseri. Ia ibarat selembar sutra yang mudah robek oleh terpaan badai, terombang-ambing oleh hempasan angin dan basah kuyup meski oleh setitik air. Oleh karenanya, jangan biarkan hatinya robek terluka karena ucapan yang menyakitkan karena hatinya begitu lembut, jangan pula membiarkannya sendirian menantang hidup karena sesungguhnya ia hadir dari kesendirian dengan menawarkan setangkup ketenangan dan ketentraman. Sebaiknya tidak sekali-kali membuatnya menangis oleh sikap yang mengecewakan, karena biasanya tangis itu tetap membekas di hati meski airnya tak lagi membasahi kelopak matanya.
Wanita itu mutiara. Orang perlu menyelam jauh ke dasarnya untuk mendapatkan kecantikan sesungguhnya. Karenanya, melihat dengan tanpa membuka tabir hatinya niscaya hanya semu sesaat yang seringkali mampu mengelabui mata. Orang perlu berjuang menyusur ombak, menahan arus dan menantang semua bahayanya untuk bisa meraihnya. Dan tentu untuk itu, orang harus memiliki bekal yang cukup sehingga layak dan pantas mendapatkan mutiara indah itu.
Wanita itu separuh dari jiwa yang hilang. Maka orang harus mencarinya dengan seksama, memilihnya dengan teliti, melihat dengan hati-hati sebelum menjadikannya pasangan jiwa. Karena jika salah, ia tidak akan menjadi sepasang jiwa yang bisa menghasilkan bunga-bunga cinta, melainkan noktah merah menyemai pertikaian. Ia tak akan bisa menyamakan langkah, selalu bertolak pandang sehingga tak memberikan kenyamanan dan keserasian. Ia tak mungkin menjadi satu hati meski seluruh daya dikerahkan untuk melakukannya. Dan yang jelas ia tak bisa menjadi cermin diri disaat lengah atau larut.
Wanita memiliki kekuatan luar biasa yang tak pernah dipunyai lawan jenisnya dengan lebih baik. Yakni kekuatan cinta, empati dan kesetiaan. Dengan cintanya ia menguatkan langkah orang-orang yang bersamanya, empatinya membangkitkan mereka yang jatuh dan kesetiaannya tak lekang oleh waktu, tak lebur oleh perubahan.
Dan wanita adalah sumber kehidupan. Yang mempertaruhkan hidupnya untuk sebuah kehidupan baru, yang dari dadanya dialirkan air susu yang menghidupkan. Sehingga semua pengorbanannya itu layak menempatkannya pada kemuliaan surga, juga keagungan penghormatan. Tidak berlebihan pula jika Rasulullah menjadi seorang wanita (Fathimah) sebagai orang pertama yang kelak mendampinginya di surga.
Untung saya bukan penyanyi ngetop yang menjadikan wanita dan cintanya sebatas syair lagu demi meraup keuntungan. Sehingga yang tampak dimata hanyalah wanita sebatas bunga-bunga penghias yang bisa dicampakkan ketika tak lagi menyenangkan. Kebetulan saya juga bukan bintang sinetron yang kerap diagung-agungkan wanita. Karena kalau saya jadi mereka, tentu ‘kebanggaan’ saya dikelilingi wanita cantik bisa berbeda makna dengan kebanggaan saya sebagai seorang yang bukan siapa-siapa.
Bagusnya juga wanita-wanita yang mendekati dan mengelilingi saya bukanlah mereka yang rela diperlakukan tidak seperti bunga, bukan selayaknya mutiara dan tak selembut sutra. Bukan wanita yang mencampakkan dirinya sendiri dalam kubangan kehinaan berselimut kemewahan dan tuntutan zaman. Tidak seperti wanita yang rela diinjak-injak kehormatannya, tak menghiraukan jerit hatinya sendiri, atau bahkan pertentangan bathinnya. Juga bukan wanita yang membunuh nuraninya sendiri sehingga tak menjadikan mereka wanita yang pantas mendapatkan penghormatan, bahkan oleh buah hatinya sendiri.
Dan sudah pasti, selain tak ada wanita-wanita macam itu yang akan mendekati lelaki bukan siapa-siapa seperti saya ini, saya pun tentu tidak akan betah berlama-lama berdekatan dengan mereka, apalagi bangga. Semoga … 

Senin, 15 April 2013

Belajar Logika dan Matematika Anak

Belajar matematika dan logika bukan hanya tentang lembar kerja dan mengerjakan soal tertulis. Belajar matematika jauh lebih luas dari itu semua. Matematika & logika ada di mana-mana, di dalam keseharian. Bangun tidur kita melihat dan membaca jam. Bagian rumah kita dikelompokkan menurut fungsinya. Ketika memasak nasi kita memperkirakan jumlah beras yang dimasak. Keluar rumah kita memperkirakan jarak tempuh dan waktu perjalanan. Naik kendaraan kita menghitung ketersediaan bahan bakar. Berbelanja kita melakukan transaksi uang. Dan sebagainya. Dengan pemahaman bahwa matematika ada di mana-mana, kita tak perlu merasa takut dan trauma terhadap matematika. Matematika bisa dipelajari anak dengan cara menyenangkan, melalui proses informal yang terjadi sehari-hari. Beberapa contoh sederhana kegiatan belajar untuk bayi dan balita untuk belajar logika & matematika, antara lain: 1. Memahami Sebab Akibat Proses belajar tentang sebab-akibat dipelajari anak secara alami oleh anak sejak bayi. Ketika dia menangis, orangtuanya datang. Ketika dia tersenyum, orang yang di hadapannya membalas senyum. Orangtua dapat meningkatkan pemahaman anak mengenai sebab-akibat melalui peristiwa sehari-hari, misalnya: menekan saklar membuat lampu menyala/mati, menekan tombol/remote control untuk menyalakan/mematikan TV, memutar kran untuk menyalurkan/mematikan air di bak mandi, dan sebagainya. Selain itu, proses belajar logika sebab-akibat juga dipelajari anak dalam nilai (values) tentang apa yang boleh/tidak boleh, apa yang bagus/jelek. Dari mana anak belajar? Dari respon yang diberikan orangtua (tersenyum, senang, memuji, cuek, marah) terhadap hal-hal yang dilakukan anak. Dalam konteks penanaman nilai dan belajar logika, penting bagi orangtua untuk bersikap perhatian dan tidak cuek terhadap hal-hal yang dilakukan anak. Persetujuan (senyum, pujian, perhatian, dll) atau ketidaksetujuan (penolakan, teguran, kemarahan, dll) bukan hanya penting untuk memperjelas nilai-nilai yang dibangun pada anak, tetapi juga berfungsi sebagai stimulus anak dalam pengembangan kecerdasan logikanya. 2. Menghitung (counting) Kegiatan menghitung benda-benda yang bisa dipersepsi secara fisik (dipegang, dilihat) oleh anak adalah pintu masuk bagi anak untuk belajar menghitung (counting). Proses ini diserap anak melalui pengamatannya terhadap kegiatan yang dilakukan orangtua bersamanya. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk mengajak anak mengobrol, menceritakan/menyuarakan kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Sambil bermain dan mengobrol, orangtua menghitung mata, jari, atau benda-benda di sekitar anak dengan suara keras. Anak mungkin belum mengerti tentang lambang angka, tetap dia akan mencerna proses berhitung yang sering didengarnya. Menyuarakan dengan keras hitungan 1, 2, 3, dst yang berhubungan dengan benda/hal sehari-hari akan membuat anak terbiasa mendengarkan dan menyerap proses berhitung, yang akan bermanfaat seiring perkembangan usia dan kesiapan otaknya. Seiring perkembangan usia anak, kegiatan menghitung (counting) ini bisa diterapkan pada benda-benda yang ada di sekitar anak. 3. Mengenal Angka Sebagaimana anak belajar tentang nama-nama benda yang ada di sekitarnya, yang dimulai dengan benda-benda fisik hingga abstrak, anak secara bertahap juga bisa belajar tentang angka dan huruf. Proses belajar anak tentang angka dilakukan dengan memperlakukan simbol angka sebagai nama benda. Anak perlu sering melihat dan diperlihatkan simbol angka dalam kesehariannya. Ketika sedang melihat simbol angka tertentu (mis: 1), orangtua mengucapkan “satu”. Dari proses semacam ini, anak belajar tentang asosiasi antara lambang yang dilihatnya (1, 2, 3, dst) dengan bunyi yang diucapkan. Walaupun anak belum memahami “makna” angka (satu, dua, tiga, dst), pada tahap ini anak akan bisa “membaca” angka, sama seperti dia bisa mengucapkan nama benda atau huruf. Seiring dengan perkembangan usia dan kesiapan mentalnya, anak akan menggabungkan antara angka dengan pemahaman terhadap hitungan (counting). 4. Membandingkan Selain percakapan mengenai sebab-akibat, menghitung, dan mengenal angka, orangtua perlu menggunakan kosa kata perbandingan dalam cerita dan obrolan bersama anak-anak. Kata-kata perbandingan itu antara lain: besar/kecil, banyak/sedikit, tinggi/pendek, atas/bawah, dan lain-lain.[]

Sabtu, 13 April 2013

Upgrade Terus Ilmu dan Amalmu Wahai Muslimah

Dalam sepekan berapa kalikah Anda datang ke majelis-majelis ilmu wahai saudariku? Sekali, dua kali, tiga kali atau mungkin hampir setiap hari, atau bahkan tidak sama sekali? Sungguh beruntung saudari-saudariku yang hampir setiap harinya diisi dengan menimba ilmu di majelis-mejelis taklim. Namun, tentunya yang tidak memiliki waktu untuk dapat menyempatkan datang ke majelis taklim karena berbagai kesibukan, entah karena urusan rumah tangga dan anak-anak, atau mungkin karena pekerjaan, janganlah sampai ketinggalan untuk terus meng-upgrade ilmu Anda. Sejatinya tidak ada kata berhenti untuk terus belajar hingga akhir hayat. Sekarang ini banyak sumber ilmu yang dapat kita peroleh selain dari majelis taklim, bisa dari buku, internet atau mungkin juga dari sahabat, saudara dan orang tua kita. Belajarlah berbagai ilmu dan keterampilan, dan tentu yang paling utama adalah ilmu agama sebagai dasar dan landasan kita dalam menjalani kehidupan ini. Mengapa belajar atau menuntut ilmu itu sangat penting, karena ilmu dan pengetahuan kita dapat menyelamatkan ummat dan menjadi pintu kita menuju surga. Diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadist shahih; “man salaka thariiqan, yaltamisu fiihi ‘ilman, shhalallaahu lahuu bihi thariiqan ilal jannah.” Yang artinya, “Barang siapa menempuh jalan untuk menuntuk ilmu, maka Allah memudahkan baginya jalan ke surga.” Kewajiban menuntut ilmu dalam Islam tidak hanya dibebankan kepada kaum laki-laki, melainkan kepada setiap muslim secara umum, termasuk juga muslimah. Muslimah yang cerdas dan memiliki pengetahuan yang luas akan memiliki banyak keuntungan dan berpotensi untuk melahirkan generasi-generasi cerdas dan berpengetahuan juga. Muslimah yang cerdas akan menjadi pendamping yang hebat bagi suami dan dapat mengantarkan suaminya tuk memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan sebaik-baiknya. Muslimah yang memiliki kedalaman ilmu akan dapat mendidik anak-anak menjadi pribadi-pribadi baik dan berkualitas yang akan membela agama Allah. InsyaAllah. Namun, tentu muslimah juga dituntut untuk dapat kritis dalam belajar dan menuntut ilmu. Di jaman arus informasi dan teknologi yang berkembang pesat, tidak dapat dipungkiri banyak sumber-sumber pengetahuan yang tidak baik dan bahkan dapat menjerumuskan pada kesesatan. Untuk itu muslimah perlu untuk selalu melihat kebenaran dari ilmu atau informasi yang diperoleh dengan merujuk pada siapakah yang menyampaikan informasi tersebut, bagaimana latarbelakang keilmuan yang dimilikinya, dan yang terpenting apakah informasi atau ilmu yang disampaikannya sesuai dengan sumber ilmu utama kita yaitu Quran dan hadits. Quran dan hadist adalah sumber ilmu dan pengetahuan yang merupakan wasiat dari Rasulullah. Rasulullah bersabda;“Aku tinggalkan ditengah-tengah kalian dua perkara. Selama kalian berpegang teguh dengan keduanya tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabullah (al-Qur’an) dan Sunnahku (hadits).”(HR. Malik; Al-Hakim & Baihaqi). Selain Quran dan hadist kitapun dapat belajar dari sumber lain seperti Sirah Rasulullah, Sirah Para Sahabat dan Sahabiyah, Sirah Nabawiyah, dan Kitab-Kitab Ulama Klasik. Sumber-sumber ilmu tersebut akan memperkaya pengetahuan agama kita, namun tentu akan berat bagi sebagian orang untuk dapat mempelajarinya, terlebih bagi yang tidak atau kurang suka membaca. Untuk itulah adanya majelis-majelis ilmu dengan berbagai tema kajian baik tadabur Quran, sirah dan lainnya akan memudahkan kita untuk mempelajarinya. Mendengar narasumber/penceramah yang menyampaikan kajian mengenai tadabur Quran atau sirah nabawiyah, kemudian meresapi dan mengamalkannya, insya Allah akan menjadi ilmu yang bermanfaat bagi kita. Dan bagi yang tidak dapat menghadiri majelis taklim karena pekerjaan, karena kesibukan di rumah carilah sumber-sumber ilmu yang terpercaya dari buku-buku, dari internet atau dari sahabat yang sering menghadiri majelis-majelis ilmu. Namun, tentu alangkah baiknya jika sesekali menyempatkan hadir pada majelis-majelis ilmu, entah sendiri atau mungkin bersama keluarga. Jika kita masih sempat untuk pergi ke pusat-pusat perbelanjaan sekedar berkumpul bersama sahabat atau keluarga, cobalah sesekali berubah haluan untuk pergi menghadiri pengajian yang diadakan di sekitar rumah Anda. InsyaAllah, ketika Anda telah merasakan nikmatnya menuntut ilmu di majelis-majelis ilmu dan bertemu sahabat-sahabat baru yang selalu mengajak Anda pada kebaikan dan mempelajari hal-hal yang sebelumnya belum diketahui, Anda akan merasa ketagihan. Perlahan mungkin menghadiri majelis-majelis ilmu akan menjadi kebiasaan dan gaya hidup Anda. Ilmu yang baik adalah ilmu yang bermanfaat. Untuk dapat memperoleh ilmu yang bermanfaat, ada adab-adab dalam menuntut ilmu yang sebaiknya kita lakukan, yaitu : 1.Mengikhlaskan niat menuntut ilmu karena Allah Ta’ala. Tidak boleh kita dalam menuntuk ilmu berniat untuk tujuan yang tidak baik seperti untuk berbantahan dengan ulama, untuk membantah orang-orang bodoh agar terlihat hebat atau perbuatan tidak baik lainnya. Menurut Imam Ibnu Jama’ah rahimahullah, “Niat yang baik dalam menuntut ilmu hendaklah ditujukan hanya untuk mengharap wajah Allah, beramal dengannya, menghidupkan syariat, menerangi hatinya, menghiasi batinnya, dan mengharap kedekatan dengan Allah pada hari kiamat, serta mencari segala apa yang Allah sediakan untuk ahlinya (ahli ilmu) berupa keridhaan dan karuniaNya yang besar.” 2.Memohon ilmu yang bermanfaat. Hendaknya setiap penuntuk ilmu senantiasa memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah subhanahu wa Ta’ala dan memohon pertolongan kepadaNya dalam mencari ilmu, serta selalu merasa butuh kepadaNya. Diantara doa yang Rasulullah ucapkan adalah: “Ya Allah, aku memohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal, dan amal yang diterima.” (HR. Ahmad) 3.Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Rasulullah bersabda; “Sesungguhnya ilmu yang diperoleh dengan (sungguh-sungguh) belajar, dan sikap sabar (penyantun) diperoleh dengan membiasakan diri untuk sabar. Barangsiapa yang berusaha (keras) mencari kebaikan maka ia akan memperoleh kebaikan dan barangsiapa yang menjaga dirinya dari kejelekan (kejahatan) maka ia akan dilindungi Allah dari kejelekan (kejahatan).” (Diriwayatkan oleh Ibnul Jauzi dalam al’ilal mutanaahiyah dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu) 4.Menjauhkan diri dari dosa dan maksiat. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan dalam kitabnya ad-Daa’ wad Dawaa´ bahwa seseorang tidak mendapat ilmu disebabkan dosa dan maksiat yang dilakukannya. Dosa yang paling besar adalah syirik dan durhaka kepada orangtua. Serta dosa-dosa besar lainnya, seperti makan harta orang lain, utang tidak dibayar, muamalah riba, minum khamr, makan dan minum dari usaha yang haram, membuka aurat di depan yang bukan mahramnya, dusta, ghibah, dan memfitnah seorang muslim. Termasuk sulit untuk menahan gerak lisannya. 5.Tidak boleh sombong dan malu. Lihatlah bagaimana Nabi Musa meninggalkan dakwahnya untuk sementara waktu kemudian menuntut ilmu kepada Nabi Khidir. 6.Diam dan mendengarkan baik-baik pelajaran yang disampaikan. Allah berfirman: “(Yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS. Az Zumar (39) ayat 18). 7.Berusaha memahami ilmu yang disampaikan. Sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud pernah berdoa: “Ya Allah tambahkanlah kepada kami keimanan, keyakinan, dan pemahaman (yang benar).” (Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Imam Ahmad). 8.Mengikat ilmu dengan tulisan. Rasulullah bersabda; “Ikatlah ilmu dengan tulisan.” (Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abdil Barr dari Anas bin Malik) 9.Mengamalkan ilmu yang telah dipelajari. Rasulullah telah mengingatkan agar kita mengamalkan ilmu yang dipelajari, sebagaimana sabdanya; “Tidak akan beranjak kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat hinggat ia ditanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang ilmunya, apa yang telah diamalkan, tentang hartanya darimana ia peroleh dan kemana ia habiskan, tentang tubuhnya –capek dan letihnya- untuk apa ia gunakan.” (HR. Ar Tirmidzi). Dal Dalam hal menuntut ilmu, suri teladan bagi muslimah adalah Ummul mukminin kita Ibunda Aisyah. Beliau terkenal sebagai wanita yang pakar dalam bidang periwayatan hadist –sumber hukum dan ajaran Islam yang kedua-, sejarah bangsa Arab, dan ilmu kedokteran di zamannya. Para penuntut ilmu di zamannya berbondong-bondong menimba ilmu darinya.

Jumat, 12 April 2013

Manajemen dan Disiplin

Ketika aku memasak dan mengiris bawang, aku berpikir bahwa seorang ibu harus punya thinking skill dan juga managerial skill, agar hal ini tidak membuat hari-harinya habis hanya untuk urusan rumah tangga saja mulai dari mengurus anak, cucian, jemuran, masak nasi yang kelebihan dan lain-lain. Syifa, anak gadisku dan aku ketika kami baru masuk garasi melihat ke kebun tempat kami menjemur pakaian, “Ya Allah, aku stress deh Mi lihat pakaian dimana-mana, ada yang di kamar, di jemuran, di keranjang cucian, kok kerjaan rumah ga habis-habis ya mi. Ini si Zaki sih pakai baju banyak, sebentar-sebentar ganti, disini tuh gak ada pembantu Zak, kalau gak perlu ga usah ganti baju lah” ucap Syifa merungut. “Ha.. ha.. ha..” aku hanya tertawa perlahan dan menjawab “ya udah Syifa, kerjakan semampunya saja, sisanya Umi yang mengerjakan.” Ku Tanya lagi, “Syifa mampu menyetrika berapa lembar baju hari ini? Lima yah?” Tanyaku. Syifa mengatakan “tidak, Syifa setrika semuanaya saja Mi, baju kalau tidak disetrika kan gak enak, Umi masak saja Ok.” Aku mengerti perasaan Syifa anakku dan mungkin banyak ibu rumah tangga lainnya yang sudah stress duluan melihat kerja rumah tangga yang menumpuk. Intinya adalah manajemen waktu, manajemen pekerjaan dan jangan menunda melakukan segala sesuatu. Bila bisa dikerjakan hari ini, yaa kerjakan segera, juga disiplinkan semua anggota keluarga agar masing-masing membereskan dan merapikan barangnya masing-masing. Intinya semua adalah manajemen, manajemen dan disiplin. Sebagai contoh, aku tidak mengiris bawang setiap hari, aku mengiris bawang seminggu sekali dan semua irisan aku simpan di kotak plastik, simpan di kulkas dan ketika mau dipakai tinggal ambil saja lalu kembalikan kembali ke kulkas, juga waktu memasak aku batasi hanya 45 menit sehari tidak lebih. Beres-beres rumah hampir tidak pernah, karena tidak ada barang di rumah, bila ada mainan anak-anak, maka dia wajib membereskan kembali semua mainan dan dikembalikan pada kotak mainannya kalau tidak, maka anak tidak boleh main lagi pada hari itu. Namun anak harus diajarkan dimana harus membuang sampah, dimana harus makan, dimana harus meletakkan mainan dan mengembalikannya.

Kamis, 04 April 2013


PERKEMBANGAN JIWA KEAGAMAAN
PADA ANAK DAN REMAJA


A.    Teori Tentang Sumber kejiwaan Agama
Hampir seluruh ahli ilmu jiwa sependapat, bahwa sesungguhnya apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan manusia itu bukan hanya terbatas pada kebutuhan makan, minum, pakaian ataupun kenikmatan-kenikmatan lainnya. Berdasarkan hasil riset dan observasi, mereka mengambil kesimpulan bahwa pada diri manusia terdapat semacam keinginan dan kebutuhan yang bersifat universal. Keinginan akan kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan kodrati, berupa keinginan untuk mencinta dan dicintai Tuhan.
Pertanyaan yang timbul adalah: apakah yang menjadi sumber pokok yang mendasarkan timbulnya keinginan untuk mengabdikan diri kepada Tuhan? Atau dengan kata lain “apakah yang menjadi sumber kejiwaan agama itu?”. Untuk memberikan jawaban itu telah timbul beberapa teori antara lain:

1.      Teori Monistik (Mono = Satu)
Teori monistik berpendapat, bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah satu sumber kejiwaan. Selanjutnya, sumber tunggal manakah yang dimaksud paling dominan sebagai sumber kejiwaan itu? timbul beberapa pendapat yang dikemukakan oleh:
a.       Thomas van Aquino
Sesuai dengan masanya, Thomas Aquino mengemukakan bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama itu, ialah berpikir.
b.      Fredrick Hegel
Hampir sama dengan pendapat yang dikemukakan oleh Thomas Aquino, maka filosof Jerman ini berpendapat, agama adalah suatu pengetahuan yang sungguh-sungguh benar dan tempat kebenaran abadi.
c.       Fredrick Schleimacher
Berlainan dengan pendapat kedua ahli di atas, maka F. Schleimacher berpendapat bahwa yang menjadi sumber keagamaan itu adalah rasa ketergantungan yang mutlak (sense of depend).
d.      Rudolf Otto
Menurut pendapat tokoh ini, sumber kejiwaan agama adalah rasa kagum yang berasal dari the wholly other (yang sama sekali lain).
e.       Sigmund Freud
Pendapat S. Freud, unsur kejiwaan yang menjadi sumber kejiwaan agama ialah libido sexuil (naluri seksual).
f.       William Mac Dougall
Ia berpendapat, sumber kejiwaan agama merupakan kumpulan dari beberapa insting.


2.      Teori Fakulti (Faculty Theory)
Teori ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu tidak bersumber pada suatu faktor yang tunggal tetapi terdiri atas tiga fungsi, antara lain:
a.       Cipta (Reason)
Berperanan untuk menentukan benar atau tidaknya ajaran suatu agama berdasarkan pertimbangan intelek seseorang.
b.      Rasa (Emotion)
Menimbulkan sikap batin yang seimbang dan positif dalam menghayati kebenaran ajaran agama.
c.       Karsa (Will)
Menimbulkan amalan-amalan atau doktrin keagamaan yang benar dan logis.

3.      Beberapa Pemuka Teori Fakulti
a.       G.M. Straton
G.M. Straton mengemukakan teori “konflik”. Ia mengatakan, bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah adanya konflik dalam kejiwaan manusia. Konflik kejiwaan yang mendasar, yaitu: Life-urge dan Death-urge.
b.      Zakiah Daradjat
Dr. Zakiah Daradjat berpendapat, bahwa pada diri manusia itu terdapat kebutuhan pokok. Beliau mengemukakan, selain dari kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani, manusia pun mempunyai suatu kebutuhan akan adanya kebutuhan akan keseimbangan dalam kehidupan jiwanya agar tidak mengalami tekanan.
Unsur-unsur kebutuhan yang dikemukakan yaitu:
v  Kebutuhan akan rasa kasih sayang
v  Kebutuhan akan rasa aman
v  Kebutuhan akan rasa harga diri
v  Kebutuhan akan rasa bebas
v  Kebutuhan akan rasa sukses
v  Kebutuahan akan rasa ingin tahu (mengenal).
c.       W.H. Thomas
Melalui teori The Four Wishes-nya ia mengemukakan, bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah empat macam keinginan dasar yang ada dalam jiwa manusia, yaitu:
v  Keinginan untuk keselamatan (security)
v  Keinginan untuk mendapat penghargaan (recognation)
v  Keinginan untuk ditanggapi (response)
v  Keinginan untuk pengetahuan atau pengalaman baru (new experience).

B.     Timbulnya Jiwa Keagamaan pada Anak
Sesuai dengan prinsip pertumbuhannya, seorang anak menjadi dewasa memerlukan bimbingan sesuai dengan prinsip yang dimilikinya, yaitu:
1.      Prinsip biologis.
2.      Prinsip tanpa daya.
3.      Prinsip eksplorasi.

Oleh karena itu, timbul pertanyaan.
a.       Darimanakah timbulnya agama pada diri anak itu?
b.      Bagaimanakah bentuk dan sifat agama yang ada pada anak-anak itu?
Timbulnya Agama Pada Anak
1.      Rasa Ketergantungan  (Sense of Depend)
Teori ini dikemukakan oleh Thomas melalui teori Four Wishes. Menurutnya, manusia dilahirkan ke dunia ini memiliki empat keinginan. Berdasarkan kenyataan dan kerja sama dari keempat keinginan itu, maka sejak bayi dilahirkan hidup dalam ketergantungan, melalui pengalaman-pengalaman yang diterimanya dari lingkungan itu kemudian terbentuklah rasa keagamaan pada diri anak.
2.      Insting Keagamaan
Menurut Woodworth, bayi yang dilahirkan sudah memiliki beberapa insting diantaranya insting keagamaan. Belum terlihatnya tindak keagamaan pada diri anak karena beberapa fungsi kejiwaan yang menopang kematangan berfungsinya insting itu belum sempurna.

C.    Perkembangan Agama pada Anak-anak
Menurut penelitian Ernest Harms perkembangan agama anak-anak itu melalui beberapa fase (tingkatan). Dalam bukunya The Development of Religious on Children,  ia mengatakan bahwa perkembangan agama pada anak-anak itu melalui tiga tingkatan, yaitu:
1.      The Fairy Tale Stage (Tingkat Dongeng).  
2.      The Realistic Stage (Tingkat Kenyataan).
3.      The Individual Stage (Tingkat Individu).

D.    Sifat-sifat Agama pada Anak-anak
Memahami konsep keagamaan pada anak-anak berarti memahami sifat agama pada anak-anak. Sesuai dengan ciri yang mereka miliki, maka sifat agama pada anak-anak tumbuh mengikuti pola ideas concept on outbority. Ide keagamaan pada anak hampir sepenuhnya autoritarius, maksudnya konsep keagamaan pada diri mereka dipengaruhi oleh faktor dari luar diri mereka.

Berdasarkan hal itu, maka bentuk dan sifat agama pada diri anak dapat dibagi atas:
1.      Unreflective (tidak mendalam)
2.      Egosentris
3.      Anthromorphis
4.      Verbalis dan Ritualis
5.      Imitatif
6.      Rasa Heran dan kagum.


E.     Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Remaja

Perkembangan Rasa Agama
Dalam pembagian tahap perkembangan manusia, maka masa remaja menduduki tahap progresif. Dalam pembagian yang agak terurai masa remaja mencakup masa juvenilitas (adolescantium), pubertas dan nubilitas.
Perkembangan agama pada masa remaja ditandai oleh beberapa faktor perkembangan rohani dan jasmaninya. Perkembangan itu antara lain menurut W. Starbuck adalah:
a.       Pertumbuhan Pikiran dan Mental
b.      Per       kembangan Perasaan
c.       Pertimbangan sosial
d.      Perkembangan Moral
e.       Sikap dan Minat
f.       Ibadah.

F.     Konflik dan Keraguan
Dari analisis hasil penelitiannya W. Starbuck menemukan penyebab timbulnya keraguan itu antara lain adalah faktor:
1.      Kepribadian, yang menyangkut salah tafsir dan jenis kelamin.
2.      Kesalahan Organisasi Keagamaan  dan Pemuka Agama.
3.      Pernyataan Kebutuhan Manusia.
4.      Kebiasaan.
5.      Pendidikan.
6.      Percampuran antara Agama dan Mistik.

Keragu-raguan yang demikian akan menjurus ke arah munculnya konflik dalam diri para remaja, sehingga mereka dihadapkan kepada pemilihan antara mana yang baik dan yang buruk, serta antara yang benar dan yang salah.
Konflik ada beberapa macam diantaranya:
1.      Konflik yang terjadi antara percaya dan ragu.
2.      Konflik yang terjadi antara pemilihan satu di antara dua macam agama atau ide keagamaan serta lembaga keagamaan.
3.      Konflik yang terjadi oleh pemilihan antara ketaatan beragama atau sekularisme.
4.      Konflik yang terjadi antara melepaskan kebiasaan masa lalu dengan kehidupan keagamaan yang didasarkan atas petunjuk Ilahi.
    

Rabu, 03 April 2013

Manajemen Pendidikan


MANAJEMEN PADA ASPEK LINGKUNGAN MASYARAKAT
(Management By Environment/Community)


Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada dan terjadi di sekeliling proses pendidikan itu berlangsung yang terdiri dari manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda mati. Keempat kelompok benda-benda lingkungan itu ikut berperan dalam rangka usaha setiap siswa/mahasiswa mengembangkan dirinya. Tetapi manajemen pendidikan menaruh perhatiannya terutama kepada lingkungan yang berwujud manusia yaitu masyarakat.
Seperti diketahui bahwa tugas manajemen antara lain ialah mengintegrasikan sumber-sumber pendidikan dan memanfaatkannya seoptimal mungkin. Namun sumber-sumber pendidikan itu biasanya secara langsung ditangani oleh guru-guru dalam usaha mereka meningkatkan proses belajar mengajar masing-masing. Manajer hanya memberi petunjuk-petunjuk umum saja.
Perhatian manajer terpusat kepada kelompok manusia atau masyarakat lingkungannya. Sebab hanya masyarakatlah yang bisa diajak berbicara tentang hal-hal yang menyangkut pendidikan, termasuk menunjukkan binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda mati apa yang ada di sekitar mereka yang bisa dipakai bahan untuk mengajar. Anggota masyarakat inilah teman manajer yang bisa diajak merencanakan, mengkoordinasi dan bahkan dapat ikut mengontrol jalannya pendidikan.

A.    MENGAPA MANAJEMEN PENDIDIKAN MENANGANI MASYARAKAT
Pada beberapa uraian yang lampau dikatakan bahwa organisasi pendidikan adalah merupakan suatu sistem yang terbuka. Sebagai sistem terbuka, berarti lembaga pendidikan selalu mengadakan kontak hubungan dengan lingkungannya yang disebut sebagai suprasistem. Kontak hubungan ini dibutuhkan untuk menjaga agar sistem atau lembaga itu tidak mudah punah atau mati.
Hanya sistem terbuka yang memiliki negentropy, yaitu suatu usaha yang terus-menerus untuk menghalangi kemungkinan terjadinya entropy atau kepunahan (Immegart, 1972, h. 44). Ini berarti hidup atau matinya sistem (lembaga pendidikan) itu sebagian terbesar ditentukan oleh usaha lembaga itu sendiri. Negentropy itu melekat pada mekanisme kerjanya yang selalu menyangkutkan diri kepada dunia luar sebagai lingkungannya.
Sejalan dengan konsep di atas pemerintah menyerukan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua dan masyarakat. Seruan ini mengisyaratkan bahwa lembaga pendidikan hendaknya tidak menutup diri, melainkan selalu mengadakan kontak hubungan dengan dunia luar yaitu orang tua dan masyarakat sekitar sebagai teman penanggung jawab pendidikan. Dengan kedua kelompok inilah sekolah/perguruan tinggi bekerja sama mengatasi problem-problem pendidikan yang muncul dan memajukannya.
Dengan demikian tampaklah bahwa lembaga pendidikan itu bukanlah badan yang berdiri sendiri dalam membina pertumbuhan dan perkembangan putra-putra bangsa, melainkan ia merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat yang luas. Ia sebagai sistem terbuka, yang selalu mengadakan kerja sama dengan warga masyarakat lainnya, secara bersama-sama membangun di bidang pendidikan. Hal ini sangat mungkin dilakukan sebab masyarakat sangat sadar akan manfaat pendidikan sebagai modal utama dalam membangun dan memajukan bangsa termasuk masyarakat/keluarga itu sendiri. Mereka pada umumnya menaruh perhatian besar terhadap pendidikan putra-putranya

B.     HUBUNGAN LEMBAGA PENDIDIKAN DENGAN MASYARAKAT  
Ada hubungan saling memberi dan saling menerima antara lembaga pendidikan dengan masyarakat sekitarnya. Lembaga pendidikan merealisasi apa yang dicita-citakan oleh warga masyarakat tentang pengembangan putra-putra mereka. Hampir tidak ada orang tua siswa/mahasiswa yang mampu membina sendiri putra-putra mereka untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara total, integratif dan optimal seperti yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia. Itulah sebabnya lembaga-lembaga pendidikan mengambil alih tugas ini. Lembaga pendidikan memberikan sesuatu yang sangat berharga kepada masyarakat.
Lembaga pendidikan sesungguhnya melaksanakan fungsi rangkap terhadap masyarakat yaitu memberi layanan dan sebagai agen pembaru atau penerang, yang oleh Stoop disebut sebagai fungsi layanan dan fungsi pemimpin (1981, h. 463 – 464). Dikatakan fungsi layanan karena ia melayani kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan fungsi pemimpin sebab ia memimpin masyarakatpemimpin sebab ia memimpin masyarakat disertai dengan penemuan-penemuannya untuk memajukan kehidupan masyarakat.
Itulah yang bisa diberikan oleh lembaga pendidikan kepada masyarakat. Sebaliknya masyarakat juga memberikan sesuatu yang tidak kalah pentingnya daripada pemberian lembaga pendidikan kepadanya. Pemberian itu ialah berupa tanggung jawab bersama. Masyarakat yang terbina dengan baik akan merasa bahwa lembaga pendidikan itu adalah juga miliknya yaitu milik bersama. Yang mereka rasa perlu dipelihara, dipertahankan dan dimajukan mirip seperti memelihara dan memajukan keluarga beserta tempat tinggalnya sendiri. Sebab tanpa ada lembaga pendidikan mereka yakin bahwa keluarga dan keturunan mereka mungkin tidak akan bisa hidup maju, enak dan bahagia.
Selanjutnya dengan mengadakan kontak hubungan dengan masyarakat memudahkan organisasi pendidikan itu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi lingkungannya. Lembaga pendidikan lebih mudah menempatkan dirinya di masyarakat dalam arti dapat diterima sebagai bagian dari milik warga masyarakat. Lembaga pendidikan dapat mengikuti arus dinamika masyarakat lingkungannya.
Secara terinci manfaat hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat adalah sebagai berikut (Made Pidarta, 1986, h. 361).

Minggu, 31 Maret 2013

Menang di Sumut dan Jabar, PKS: Pilgub Jateng Ujian Tertinggi



Solo - Meskipun jagonya sukses memenangi Pilgub Jabar dan Sumut, PKS belum puas jika belum meraih hasil serupa di kandang banteng, yakni Jateng. Jateng dinilai sebagai batu ujian tertinggi. PKS yakin, jika mampu mematahkan mitos dominasi merah (PDIP) di Jateng, maka kemenangan itu akan menjadi tiket emas bagi PKS menuju tiga besar di Pemilu 2014.

"Pilkada Jateng ini ibarat tiket emas sekaligus batu ujian tertinggi bagi PKS. Jika di Jateng ini kita menang, maka di Pilkada di daerah lain akan demikian juga. Kemenangan ini nanti akan menjadi jalan bagi PKS menuju tiga besar di Pemilu 2014," ujar Ketua DPP PKS, Bodi Dewantoro, Minggu (31/3/2013).

Dalam Pilgub Jateng yang akan digelar pada 26 Mei mendatang, PKS bersama lima parpol lainnya mendukung pasangan Hadi Prabowo - Don Murdono. Pasangan tersebut akan berhadapan dengan petahana Bibit Waluyo yang berpasangan dengan Sudjiono yang didukung Partai Demokrat, Partai Golkar dan PAN.

Calon lain yang paling diperhitungkan oleh PKS adalah pasangan Ganjar Pranowo - Heru Sujatmoko. PKS bukan tanpa alasan menempatkan pasangan tersebut sebagai lawan terberat karena diusung oleh PDIP. Sedangkan Jateng selama ini dikenal sebagai 'kandang banteng' karena merupakan daerah basis utama pendukung PDIP.

"Dalam Pilgub (di Jateng) ini kita punya misi penting untuk mematahkan mitos bahwa Jawa Tengah, khususnya Solo, adalah basis merah (PDIP)," tegasnya.

Untuk kepentingan itu, PKS akan memanfaatkan acara milad PKS ke-15 yang akan dipusatkan di Solo pada 20-21 April mendatang. Acara yang akan dihadiri 5.000 pengurus PKS dari seluruh Indonesia itu dinilai merupakan momentum tepat bagi PKS untuk merapatkan barisan menghadapi Pilkada di sejumlah daerah, terutama di Jateng, untuk menuju kepentingan lebih besar yaitu Pemilu 2014.