KEDUDUKAN MEDIA
DALAM PEMBELAJARAN
- Media sebagai Satu Komponen dalam Sistem
Pembelajaran
Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi
mulai mempengaruhi penggunaan alat bantu audio visual, sehingga selain sebagai
alat bantu media juga berfungsi sebagai penyalur pesan atau informasi belajar.
Pada saat itu teori tingkah-laku (behaviorism
theory) ajaran B.F. Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam
kegiatan pembelajaran. Teori ini mendorong orang untuk lebih memperhatikan
siswa dalam proses belajar mengajar. Menurut teori ini, mendidik adalah
mengubah tingkah-laku siswa. Perubahan tingkah-laku ini harus tertanam pada
diri siswa, melalui tiga ranah belajar, yaitu:
1) Kognitif – pengetahuan
dasar yang berfungsi mengingat informasi.
2) Afektif – nilai dasar yang
berfungsi untuk pembentukan kebiasaan.
3) Psikomotor – reaksi dasar
yang berfungsi untuk merespons terhadap stimulus.
sehingga tiga ranah belajar tersebut menjadi adat kebiasaan yang tidak bisa dipisahkan. Supaya tingkah-laku tersebut menjadi adat
kebiasaan, maka setiap ada perubahan tingkah-laku positif ke arah tujuan yang
dikehendaki, harus diberi penguatan (reinforcement), berupa
pemberitahuan bahwa tingkah-laku tersebut telah betul.
Pada tahun 1965-1970 pendekatan sistem
(system aproach) mulai menampakkan pengaruhnya dalam kegiatan pendidikan dan
kegiatan pembelajaran. Pendekatan sistem ini mendorong digunakannya media
sebagai bagian integral dalam program pembelajaran. Setiap program pembelajaran
harus direncanakan secara sistematis dengan memusatkan perhatian pada siswa.
Dalam perencanaan ini media yang akan dipakai dan cara menggunakannya telah
dipertimbangkan dan ditentukan dengan seksama.
- Kedudukan Media dalam Sistem Pembelajaran
Proses belajar mengajar pada
hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber
pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan,
saluran/media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi.
Pesan yang akan dikomunikasikan adalah
isi ajaran ataupun didikan yang ada dalam kurikulum, sumber pesannya bisa guru,
siswa, orang lain ataupun penulis buku dan produser media; salurannya media
pendidikan dan penerima pesannya adalah siswa atau juga guru.
Ada kalanya penafsiran tersebut
berhasil, ada kalanya tidak. Penafsiran yang gagal atau kurang berhasil berarti
kegagalan atau kekurangberhasilan dalam memahami apa-apa yang didengar, dibaca,
atau dilihat dan diamatinya. Ketidakberhasilan dalam penggunaan media
pembelajaran bagi seorang pendidik harus dapat mengetahui, solusi yang
digunakan adalah mengganti atau merubah media tersebut dengan cara yang lain
seperti melihat situasi belajar, materi apa yang akan disampaikan sesuai dengan
anak didik.
Ada beberapa faktor yang menjadi
penghambat atau penghalang proses komunikasi. Penghambat tersebut biasa dikenal
dengan istilah barriers, atau noises. Kita kenal adanya hambatan
psikologis, seperti misalnya minat, sikap, pendapat, kepercayaan, intelegensi,
pengetahuan dan hambatan fisik seperti misalnya kelelahan, sakit, keterbatasan
daya indera dan cacat tubuh.
Dua jenis hambatan yang lain adalah
hambatan kultural seperti misalnya perbedaan adat-istiadat, norma-norma sosial,
kepercayaan dan nilai-nilai panutan; dan hambatan lingkungan yaitu hambatan
yang ditimbulkan situasi dan kondisi keadaan sekitar.
Karena adanya berbagai jenis hambatan
tersebut baik dalam guru maupun siswa; baik sewaktu mengencode pesan
maupun mendecodenya, proses komunikasi belajar mengajar seringkali
berlangsung secara tidak efektif dan efisien.
Media pendidikan sebagai salah satu
sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan dapat membantu mengatasi hal
tersebut. Perbedaan gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan daya indera,
cacat tubuh atau hambatan jarak geografis, jarak waktu dan lain-lain dapat
dibantu diatasi dengan pemanfaatan media pendidikan.
Keberhasilan belajar dapat kita
ukur dengan beberapa cara dan metode, seperti: mengukur keberhasilan setelah
selesai materi yang diajarkan dengan penyampaian kesimpulan metode tanya jawab,
pengukuran keberhasilan dengan melihat
durasi penyampaian beberapa materi ajar (apakah per-judul, per-bab)
dengan metode post test, sumative test atau dalam jangka panjang UTS, UAS, UAN.