Minggu, 31 Maret 2013

KEDUDUKAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN


KEDUDUKAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN


  1. Media sebagai Satu Komponen dalam Sistem Pembelajaran
Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat bantu audio visual, sehingga selain sebagai alat bantu media juga berfungsi sebagai penyalur pesan atau informasi belajar.
Pada saat itu teori tingkah-laku (behaviorism theory) ajaran B.F. Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran. Teori ini mendorong orang untuk lebih memperhatikan siswa dalam proses belajar mengajar. Menurut teori ini, mendidik adalah mengubah tingkah-laku siswa. Perubahan tingkah-laku ini harus tertanam pada diri siswa, melalui tiga ranah belajar, yaitu:
1)      Kognitif – pengetahuan dasar yang berfungsi mengingat informasi.
2)      Afektif – nilai dasar yang berfungsi untuk pembentukan kebiasaan.
3)      Psikomotor – reaksi dasar yang berfungsi untuk merespons terhadap stimulus.
sehingga tiga ranah belajar tersebut menjadi  adat kebiasaan yang tidak bisa dipisahkan. Supaya tingkah-laku tersebut menjadi adat kebiasaan, maka setiap ada perubahan tingkah-laku positif ke arah tujuan yang dikehendaki, harus diberi penguatan (reinforcement), berupa pemberitahuan bahwa tingkah-laku tersebut telah betul.
Pada tahun 1965-1970 pendekatan sistem (system aproach) mulai menampakkan pengaruhnya dalam kegiatan pendidikan dan kegiatan pembelajaran. Pendekatan sistem ini mendorong digunakannya media sebagai bagian integral dalam program pembelajaran. Setiap program pembelajaran harus direncanakan secara sistematis dengan memusatkan perhatian pada siswa. Dalam perencanaan ini media yang akan dipakai dan cara menggunakannya telah dipertimbangkan dan ditentukan dengan seksama.

  1. Kedudukan Media dalam Sistem Pembelajaran
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran/media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi.
Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada dalam kurikulum, sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan produser media; salurannya media pendidikan dan penerima pesannya adalah siswa atau juga guru.
Ada kalanya penafsiran tersebut berhasil, ada kalanya tidak. Penafsiran yang gagal atau kurang berhasil berarti kegagalan atau kekurangberhasilan dalam memahami apa-apa yang didengar, dibaca, atau dilihat dan diamatinya. Ketidakberhasilan dalam penggunaan media pembelajaran bagi seorang pendidik harus dapat mengetahui, solusi yang digunakan adalah mengganti atau merubah media tersebut dengan cara yang lain seperti melihat situasi belajar, materi apa yang akan disampaikan sesuai dengan anak didik.   
Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat atau penghalang proses komunikasi. Penghambat tersebut biasa dikenal dengan istilah barriers, atau noises. Kita kenal adanya hambatan psikologis, seperti misalnya minat, sikap, pendapat, kepercayaan, intelegensi, pengetahuan dan hambatan fisik seperti misalnya kelelahan, sakit, keterbatasan daya indera dan cacat tubuh.
Dua jenis hambatan yang lain adalah hambatan kultural seperti misalnya perbedaan adat-istiadat, norma-norma sosial, kepercayaan dan nilai-nilai panutan; dan hambatan lingkungan yaitu hambatan yang ditimbulkan situasi dan kondisi keadaan sekitar.
Karena adanya berbagai jenis hambatan tersebut baik dalam guru maupun siswa; baik sewaktu mengencode pesan maupun mendecodenya, proses komunikasi belajar mengajar seringkali berlangsung secara tidak efektif dan efisien.
Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan dapat membantu mengatasi hal tersebut. Perbedaan gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan daya indera, cacat tubuh atau hambatan jarak geografis, jarak waktu dan lain-lain dapat dibantu diatasi dengan pemanfaatan media pendidikan.
Keberhasilan belajar dapat kita ukur dengan beberapa cara dan metode, seperti: mengukur keberhasilan setelah selesai materi yang diajarkan dengan penyampaian kesimpulan metode tanya jawab, pengukuran keberhasilan dengan melihat  durasi penyampaian beberapa materi ajar (apakah per-judul, per-bab) dengan metode post test, sumative test atau dalam jangka panjang UTS, UAS, UAN. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar